Sabtu, 20 Oktober 2012 , 10:49:00
BALIKPAPAN - Mendekati hari raya Idul Adha atau yang lebih dikenal dengan
hari raya Kurban, masyarakat sudah disosialisasikan dengan tata cara
menyembelih hewan kurban yang benar dan bagaimana bentuk serta kondisi hewan
kurban yang akan disembelih nantinya.
Tetapi sayang, jarang yang membahas
tentang etika yang benar untuk seorang yang ditugaskan guna menyembelih hewan
kurban (si penjagal hewan kurban), padahal kondisi si penyembelih hewan kurban
ini menentukan diterima atau tidaknya amalan si penyumbang hewan kurban.
“Jangan asal menunjuk penyembelih
hewan kurban,” kata KH Syekh Mas’ud Husain ulama Kharismatik Kalimantan kepada
Balikpapan Pos saat ditemui di kediamannya, kemarin.
Menurut Guru Masud akrab dirinya
disapa, bedakan antara menyembelih hewan untuk dijual ke pasar dan menyembelih
hewan untuk ibadah kurban. Kalau untuk menyembelih hewan untuk dijual dagingnya
ke pasar cukup dilakukan oleh tukang jagal dengan mengucapkan Bismillahir
Rahman Nirrahim.
Tapi kalau menyembelih hewan untuk
ibadah kurban, maka jangan sembarangan menunjuk tukang penyembelihnya sebab
menyembelih hewan kurban tidak boleh sembarangan. Harus mengikuti beberapa hal
berikut ini:
Pertama,bila Dzulhijjah telah masuk dan seseorang berkeinginan untuk
menyembelih hewan qurban, dia tidak diperbolehkan untuk memotong, mencukur, dan
mengambil rambut, kuku dan kulitnya hingga selesai menyembelih hewan qurbannya.
Kedua,bila seseorang akan menyembelih lebih dari seekor hewan
qurban, sembelihan pertamanya telah menggugurkan larangan terhadap dia sehingga
dia boleh mengambil rambut, kuku, dan kulitnya setelah menyembelih hewan
pertama.
Nah, saat akan menyembelih hewan
kurban si penyembelih haruslah dipilih dari orang yang paling taat beribadah,
paham agama, soleh, dan tidak melakukan perbuatan maksiat, mabuk-mabukan serta
bukan orang yang memiliki akhlak yang jelek. Sebab penyembelih hewan kurban
sama saja dengan melakukan tugas yang dilakukan oleh Rasulullah Ibrahim AS.
Guru Mas’ud menyampaikan bahwa
Ibrahim saat diperintahkan untuk melakukan ibadah kurban, dirinya melaksanakan
mandi suci dulu, lalu memakai pakaian terbaik. Sebab menyembelih hewan kurban
adalah sebuah ibadah dan ritual suci, dimana penyembelih hewan kurban harus
dalam kondisi suci baik fisik maupun hatinya. Karena itulah sebelum
melaksanakan ibadah kurban Ibrahim bayak melakukan istighfar, zikir dan meminta
ampun kepada Allah SWT.
“Orang yang bertugas menyembelih
hewan kurban harus melakukan seperti yang dilaksanakan oleh Ibrahim AS,” tandas
Guru Mas’ud.
Mas’ud pun menyayangkan sebab banyak
yang salah kaprah dalam melakukan penyembelihan hewan kurban sebab asal
menunjuk penyembelih hewan kurban. Para penyembelihnya banyak yang tidak
mengikuti tata cara dan etika sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah
Ibrahim AS. Menyembelih hewan kurban dengan memakai pakaian yang jelek bahkan
kumal, dan bisa jadi si penyembelih malah tidak bersuci diri terlebih dahulu,
padahal yang bersangkutan akan melaksanakan ritual dan ibadah suci yang sangat
penting.
Tugas penyembelih hewan kurban ini
menentukan diterima atau tidaknya amalan dan pahala kurban orang yang telah
mensedekahkan hartanya untuk menyediakan hewan kurban guna melaksanakan ibadah
kurban di hari raya Idul Adha.
“Kami mengingatkan supaya jangan
asal menyembelih hewan kurban, tunjuk penyembelihnya yang paham agama, tata
beribadah dan berakhlak mulia dan dalam kondisi suci baik bathin maupun raganya
saat menyembelih hewan kurban,” tegas Mas’ud. (are)
Sumber: Balikpapan Pos
