Sabtu, 16 Juni 2012

Mencari Malam Seribu Bulan


Balikpapan Pos - Minggu, 28 Agustus 2011 , 09:17:00



BALIKPAPAN - Kegiatan malam itikaf di Pesantren KH Syech Mas’ud Husein menjadi suasana yang luar biasa dan istimewa. Sebab, kegiatan ini bertepatan dengan malam ke-27 bulan puasa Ramadan yang diperkirakan bertepatan dengan malam ganjil turunnya malam lailatul qadar.
“Insya Allah malam lailatul qadar terjadi malam kemarin,” kata KH Syech Mas’ud Husein yang akrab disapa Guru saat ditemui di  kediamannya, kemarin. Menurut dia, ada beberapa keganjilan pada malam itu. Di antaranya, saat itu terjadi angin selatan yang ternyata tiupan anginnya tidak kencang, padahal saat musim angin Selatan biasanya tiupannya sangat kencang. Selain itu hujan turun beberapa saat, padahal dalam kondisi musim kemarau.
Dari beberapa keganjilan inilah, guru yakin bahwa malam Lailatul Qadar yaitu malam lebih baik dari seribu bulan bagi mereka yang menjalankan ibadah dan bermunajat pada malam itu. Karena seluruh malaikat turun ke bumi untuk memintakan pengampunan kepada Allah SWT.
“Berbahagialah mereka yang mengikuti itikaf saat datangnya malam lailatul qadar,” ujar dia.
Kegiatan di pesantren ini dihadiri masyarakat, Sekda Kutai Timur (Kutim) yang sengaja datang untuk mengikuti itikaf, Ketua DPC Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara (PKBN) Balikpapan Eddy Buana.
Hadirin yang mengikuti kegiatan itikaf dan sahur bersama ini mengaku bahagia sebab mereka yakin peristiwa malam lailatul qadar barusan saja mereka alami bertepatan dengan pelaksanaan itikaf tersebut.(are)


Sumber : Balikpapan Pos

Robohnya Jembatan Kukar: Ujian atau Azab?

Tribun Kaltim - Jumat, 23 Desember 2011 21:05 WITA
 


Oleh: KH.Syekh. Mas'ud Husain*)


PADA hakikatnya setiap bencana selalu mengandung tiga pengertian. Pertama, merupakan ujian Allah, jika bencana itu menimpa orang baik, beramal shaleh, berakhlak mulia dan beriman. Misalnya, musibah Merapi, Mentawai, Wasior, atau robohnya jembatan Kutai Kertanegara (Kukar), maka ini merupakan ujian bagi orang yang bersangkutan. Jika orang tersebut bisa melewati bencana dengan tetap beriman pada Allah, derajat orang itu menjadi lebih baik di sisi Allah, karena musibah itu datangnya juga dari Allah SWT.

Kedua, peringatan Allah. Jika bencana itu menimpa pada orang yang melakukan amal shaleh (kebaikan) tapi juga masih melakukan kemaksiatan. Ketiga, merupakan azab Allah SWT. Jika bencana itu menimpa pada orang-orang yang selalu melakukan kemaksiatan sepanjang hidup atau sebagian besar dari hidupnya. Intinya, bagi para pendosa dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman dan kemaksiatan, bencana yang menimpa orang-orang seperti ini dikategorikan sebagai azab Allah SWT.

Renungan Peristiwa Jembatan Kukar

Melihat peristiwa robohnya jembatan Kukar, perlu menjadi intropeksi bagi kita semua, apakah kejadian ini merupakan ujian, atau peringatan bahkan azab. Kalau peristiwa ini menjadi ujian, berbahagialah kita, karena kita termasuk orang yang diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Tetapi kalau peristiwa ini masuk dalam peringatan dan azab, segeralah melakukan taubat dan mematuhi seluruh perintah Allah SWT. Peringatan yang diberikan oleh Allah SWT bisa berupa apa saja, baik kerusakkan maupun kehancuran.

Maka celakalah bagi masyarakat yang tidak mau mengubah diri dengan datangnya peringatan dan azab dari Allah SWT dengan tetap melakukan pelanggaran agama seperti maksiat dan berbuat zalim dengan memanipulasi uang Negara yang merupakan uang rakyat. Atau menjadi pemimpin tetapi bermuka dua, disatu sisi menampakkan wajah agamis tetapi disisi lain malah mengerjakan pekerjaan yang dilaknati oleh Allah SWT seperti berbuat maksiat (zina) memakan bukan hak (korupsi).

Siapa pun yang  diamanahkan Allah SWT menjadi Bupati Kukar, jagalah amanah Allah SWT ini dengan baik. Ingatlah Kukar memiliki sejarah peradaban tertua di Indonesia yang dulu dikenal dengan daerah yang agamis, setiap raja maupun Sultan yang memimpin daerah ini mereka yang memiliki ketaatan beribadah sesuai agama yang dipeluknya karena pemimpin menjadi panutan bagi  rakyatnya.

Maka jadilah pemimpin yang memiliki sifat sidiq/jujur, amanah/dapat dipercaya, tablig/menyampaikan kebenaran kepada orang lain dan fatonah/pandai untuk membangun sebuah daerah dan mendapat ridho Allah SWT.

Untuk memperoleh sifat-sifat tersebut salah satunya kejujuran harus dimulai dari diri sendiri dengan mengajarkan kejujuran dan menjauhi perbuatan yang melanggar peraturan Allah SWT, dan meninggalkan perbuatan yang dilaknatinya.

Ingat, karena rakyat tidak butuh pemimpin yang cakep atau kaya, tapi rakyat butuh pemimpin yang berakhlak. Itu modal utama seorang pemimpin, sehingga dia ikhlas bertugas, mempunyai pribadi kuat, mulia dan terhormat, serta pantang berbohong.

Oleh karena itu, jadilah pemimpin yang adil, amanah dan bertanggung jawab. Tidak perlu takut kekuasaan akan berakhir. Karena bagaimanapun, jika tidak ada orang yang mengakhiri kekuasaan kita, malaikat maut pasti akan mengakhirinya. Jika tiba saatnya, kita sebagai pemimpin bisa tersenyum menyambut malaikat maut dengan senyuman karena telah melaksanakan tugas dengan baik.

Jagalah bumi Kukar yang menjadi amanah Allah SWT ini dengan baik, bumi yang kaya dengan hasil buminya dan menjadi modal untuk menyejahterakan masyarakatnya. Peristiwa robohnya jembatan Kukar ini harus menjadi renungan bagi kita semua untuk bersama-sama mensucikan diri dan hati untuk bertaubat kepada Allah SWT dan meminta ampun atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat.

Solusi Mencegah Bencana
Pertama, kita semua, dari semua level, dari rakyat jelatah hingga pimpinan tertinggi harus melakukan "taubat nasuha". Dengan merendahkan hati atas segala dosa, kesalahan, dan kekhilafan, marilah kita, seluruh bangsa, melakukan taubat nasuha. Kita harus bertaubat agar Allah SWT berkehendak mencabut bencana dan menuntun kita kepada jalan-Nya.

Dengan taubat nasuha, kita berharap para pemimpin kita, di pusat dan daerah bisa introspeksi diri akan kesalahan yang telah mereka lakukan atau lalai dalam mengemban amanah rakyat. Sedangkan kepada rakyat, yang selama ini saling menghujat, berdemo demi kepentingan politik sesaat, ada baiknya melakukan taubat nasuha dengan beristighfar, memohon ampunan pada Allah.

Kedua, menggerakan amal sadaqah, karena dengan ber-sadaqah kita bisa terhindar dari bala' (bencana). Selain itu, kita juga harus saling maaf-memaafkan atas kesalahan sesama manusia. Jangan sampai muncul provokator yang dapat memecah belah umat yang berakibat datangnya bencana.

Ketiga, umat Islam harus berdoa memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT sebagai mana doanya Nabi Yunus dalam QS al-Anbiyaa' 87-88: "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap (967): 'Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.' Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman," (QS al-Anbiyaa' 87-88).

Semoga Allah menjadikan bencana yang melanda negeri kita terutama peristiwa robohnya jembatan Kukar hanya sebagai peringatan dan ujian. Bukan sebagai adzab karena sungguh Allah Maha Keras adzab-Nya. (*)


*) Penulis adalah: Ulama Kharismatik Kalimantan


Editor : Fransina
Sumber : Tribun Kaltim

G A L L E R Y

G A L L E R Y
Deklarasi Calon Bupati Kutai Timur Untuk Periode 2015-2020

Kunjungan Dari Calon Wakil Walikota Balikpapan Periode 2015 - 2020

Gubernur Kaltim

Halal Bihalal

Singapore

Isran Noor Bersama Guru Mas'ud Di Dalam Jet Pribadi

Kunjungan Dari Ulama Negara Pakistan

Grand Opening RS Balikpapan Baru

Artis Jakarta

Pangeran Arab Memasang Sorban Untuk Abah Guru Mas'ud Di Dalam Ka'bah, Mekkah

Translate This Page