Minggu, 18 November 2012
Pangeran Joyokusumo Bertemu Guru Mas'ud
DITENGAH kunjungannya ke kota Balikpapan, GBPH H. Joyokusumo dan BRAY Hj. Nuraida Joyokusomo berkesempatan bersilaturahim dengan KH. Syekh Masud Husain Al-Hasani (Ulama Kharismatik Kalimantan). "Pertemuan dan silaturahim ini diluar dugaan dan merupakan momentum yang sangat penting," kata Guru Mas'ud akrab KH. Syekh Mas'ud Husain disapa kepada Balikpapan Pos saat ditemui di kediamannya baru-baru ini.
Joyokusomo yang merupakan pangeran dari Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat ini juga salah seorang adik Sultan Hamengkubuwono X. Kesempatan bersilaturahim dengan Guru Mas'ud ini memberikan banyak informasi bagi Pangeran Joyokusumo yang juga pemuka masyarakat Jawa ini.
Pangeran Joyokusumo pun berharap kepada masyarakat Jawa yang berada di Kalimantan Timur untuk bersama-sama membangun Kaltim, sebab dimana berada masyarakat Jawa selalu memberikan yang terbaik untuk daerah tempat dia berada.
Karena itulah Pangeran Joyokusumo sangat antusias saat bertemu dengan Guru Mas'ud untuk membicarakan berbagai perkembangan dan kernajuan Kaltim kedepan.
"Mudah-mudahan silaturahim ini memberikan hal- hal positif untuk pembangunan masyarakat Kaltim kedepan," ujar Guru Mas'ud (1. (***/are)
7 November 2012
Sumber: Balikpapan Pos
Kaltim Butuh Pemimpin Amanah
Tanggapan tulisan Ahmad Bintoro "Dua Pesan Jokowi kepada Gubemur Kaltim")
Oleh KH. Syekh Mas'ud Husain Al‑Hasani
(Ulama Kalimantan)
(Ulama Kalimantan)
MEMBACA tulisan saudara Ahrnad Bintoro wartawan Tribun Kaltim yang terbit di Tribun Kaltim edisi 22-23 Oktober berjudul 'Dua Pesan Jokowi kepada Gubernur Kaltim" menggelitik hati saya untuk memberikan sedikit tanggapan dan kornentar. Tulisan tersebut begitu bagusnya untuk kemajuan masyarakat Kaltim ke depan.
Dalam salah satu tulisan, Jokowi menyampaikan kepada pak Awang: "Sudah Pak Awang? Baik, dua saja pesan saya. Apa pun proyek yang Bapak bikin, selalu libatkanlah warga. Tanya apakah mereka benar-benar membutuhkannya. Ingat lho kita membangun bukan untuk dapat citra baik dari pusat. Dan sayang kalau dana ratusan miliar habis hanva untuk membangun gedung serbaguna yang belum terlalu dibutuhkan warga."
"Kedua, seringkali proyek-proyek itu bermasalah karena kita selalu mengedepankan kepentingan kita sendiri di dalamnya. Inilah yang saya hindari selama bertugas di Solo, dan akan saya terapkan di Jakarta. Saya tak pernah minta, dan menolak fee proyek. Tak ada yang rnenjuluki saya sebagai "Ten Percent". Itu pula yang membuat dukungan warga terhadap saya mengalir kuat dan tulus. Saya beium dilantik saja, Pak Dahlan Iskan sudah menyatakan tekadnya untuk meneruskan proyek monorel yang sempat macet di era gubernur lalu," ujar Jokowi.
Membaca komentar di atas kami teringat dengan permasalahan pembangunan supermall di eks Puskib (RSU lama). Sudah jelas masyarakat menolak pembangunan superrnall, karena sudah begitu banyak mall dan sejenisnya berdiri di kota Balikpapan, yang kebanyakan mall tersebut sepi pengunjung bahkan sebagian ada yang tutup.
Nah, kalau dibangun supermall di eks Puskib, bisa dibayangkan kondisi kawasan tersebut? Saat ini saja saat hujan lebat turun telah terjadi banjir dan macet kendaraan cukup parah di kawasan tersebut. Apakah dengan dibangunnnya supermall di kawasan tersebut bisa mengatasi permasalahan banjir dan kemacetan yang terjadi.
Dalam permasalahan pembangunan supermall ini saja, masyarakat banyak melakukan penolakkan tetapi Gubernur Kaltim tetap pada keputusannya untuk meneruskan pembangunan.
Padahal alangkah eloknya kalau di kawasan eks bangunan Puskib dijadikan kawasan terbuka hijau di tengah kota, dimana kota Balikpapan sangat minim memiliki kawasan dan ruang terbuka hijau yang bisa digunakan masyarakat Balikpapan untuk berbagai kegiatan seperti halnya lapangan Merdeka.
Yang menjadi pertanyaan kami juga, tentang komentar Gubernur Awang yang menyatakan bahwa di Kaltim tidak akan muncul seorang Jokowi seperti DKI Jakarta. "Saya masih percaya hasil survei, meski nanti akan tergantung calonnya. (Pertanyaannya) ada nggak (calon seperti) Jokowi di Kaltim. Silakan kalau ada," tambah Awang.
Menurut kami, pak Awang terlalu pagi menyatakan tidak akan muncul "Jokowi" di Kaltim. Perlu diketahui bahwa jabatan dan kekuasaan itu berasal dari Allah SWT. Kalau Allah SWT berkehendak menjadikan seseorang pemimpin tidak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya. Siapa yang bisa menyangka seorang Jokowi bisa mengalahkan incumbent Gubernur DKI Fauzi Bowo yang memilki segala-galanya untuk memenangkan pertarungan di Pilgub.
"Kami berpesan kepada pak Awang untuk beristighfar dengan pernyataan diatas, sebab Allah SWT memiliki kehendak untuk hambanya!"
Kami setuju dengan pendapat saudara Ahmad Bintoro bahwa banyak orang kapabel menjadi Gubernur Kaltim. Tetapi menjadi Gubernur Kaltim yang dicintai rakyat, agaknya tak semua orang mampu melakukannya. Banyak sih yang sejatinya kredibel, kapabel, amanah, visioner, sudah mapan secara finansial dari hasil berdagang, dan memiliki segudang ide terobosan untuk mempercepat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Kaltim, tetapi mereka umumnya tidak memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi kepala daerah. Sebagian mereka juga tidak memiliki kendaraan politik untuk maju.
Maka kami sedikit menambahkan dan mengingatkan tentang kriteria seorang pemimpin menurut Islam. Ada beberapa sifat balk yang harus dimiliki oleh para Nabi, yaitu: Amanah (dapat dipercaya), Siddiq (benar), Fathonah (cerdas/bijaksana), serta tabligh (berkomunikasi dengan baik dengan rakyatnya). Sifat di atas juga harus dimiliki oleh pemimpin yang kita pilih.
Pilih pemimpin yang amanah, sehingga dia benar-benar berusaha mensejahterakan rakyatnya. Bukan hanya bisa menjual aset negara atau kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Pilih pemimpin yang cerdas, sehingga dia tidak bisa ditipu oleh anak buahnya atau kelompok lain sehingga merugikan negara. Pemimpin yang cerdas punya visi dan misi yang jelas untuk memajukan rakyatnya.
Terkadang kita begitu apatis dengan pemimpin yang korup, sehingga memilih Golput. Sikap golput atau tidak memilih pemimpin merupakan sikap yang kurang baik. Dalam Islam, kepemimpinan itu penting, sehingga Nabi pernah berkata, jika kalianbepergian, pilihlah satu orang jadi pemimpin. Jika hanya berdua, maka salah satunya jadi pemimpin. Sholat wajib pun yang paling baik adalah yang ada pemimpinnya (imam).
Semoga di Kaltim bisa melahirkan seorang Jokowi-Jokowi baru pada perhelatan Pilgub di 2013 nanti yang sanggup mengemban amanah untuk memajukan dan mensejahterakan rakyat Kaltim. Insya Allah!!!
Tribunners
RABU 24 OKTOBER 2012
Tribun Kaltim
Selasa, 30 Oktober 2012
Jangan Asal Menunjuk Penyembelih Hewan Kurban, Kurban adalah Ibadah Suci
Sabtu, 20 Oktober 2012 , 10:49:00
BALIKPAPAN - Mendekati hari raya Idul Adha atau yang lebih dikenal dengan
hari raya Kurban, masyarakat sudah disosialisasikan dengan tata cara
menyembelih hewan kurban yang benar dan bagaimana bentuk serta kondisi hewan
kurban yang akan disembelih nantinya.
Tetapi sayang, jarang yang membahas
tentang etika yang benar untuk seorang yang ditugaskan guna menyembelih hewan
kurban (si penjagal hewan kurban), padahal kondisi si penyembelih hewan kurban
ini menentukan diterima atau tidaknya amalan si penyumbang hewan kurban.
“Jangan asal menunjuk penyembelih
hewan kurban,” kata KH Syekh Mas’ud Husain ulama Kharismatik Kalimantan kepada
Balikpapan Pos saat ditemui di kediamannya, kemarin.
Menurut Guru Masud akrab dirinya
disapa, bedakan antara menyembelih hewan untuk dijual ke pasar dan menyembelih
hewan untuk ibadah kurban. Kalau untuk menyembelih hewan untuk dijual dagingnya
ke pasar cukup dilakukan oleh tukang jagal dengan mengucapkan Bismillahir
Rahman Nirrahim.
Tapi kalau menyembelih hewan untuk
ibadah kurban, maka jangan sembarangan menunjuk tukang penyembelihnya sebab
menyembelih hewan kurban tidak boleh sembarangan. Harus mengikuti beberapa hal
berikut ini:
Pertama,bila Dzulhijjah telah masuk dan seseorang berkeinginan untuk
menyembelih hewan qurban, dia tidak diperbolehkan untuk memotong, mencukur, dan
mengambil rambut, kuku dan kulitnya hingga selesai menyembelih hewan qurbannya.
Kedua,bila seseorang akan menyembelih lebih dari seekor hewan
qurban, sembelihan pertamanya telah menggugurkan larangan terhadap dia sehingga
dia boleh mengambil rambut, kuku, dan kulitnya setelah menyembelih hewan
pertama.
Nah, saat akan menyembelih hewan
kurban si penyembelih haruslah dipilih dari orang yang paling taat beribadah,
paham agama, soleh, dan tidak melakukan perbuatan maksiat, mabuk-mabukan serta
bukan orang yang memiliki akhlak yang jelek. Sebab penyembelih hewan kurban
sama saja dengan melakukan tugas yang dilakukan oleh Rasulullah Ibrahim AS.
Guru Mas’ud menyampaikan bahwa
Ibrahim saat diperintahkan untuk melakukan ibadah kurban, dirinya melaksanakan
mandi suci dulu, lalu memakai pakaian terbaik. Sebab menyembelih hewan kurban
adalah sebuah ibadah dan ritual suci, dimana penyembelih hewan kurban harus
dalam kondisi suci baik fisik maupun hatinya. Karena itulah sebelum
melaksanakan ibadah kurban Ibrahim bayak melakukan istighfar, zikir dan meminta
ampun kepada Allah SWT.
“Orang yang bertugas menyembelih
hewan kurban harus melakukan seperti yang dilaksanakan oleh Ibrahim AS,” tandas
Guru Mas’ud.
Mas’ud pun menyayangkan sebab banyak
yang salah kaprah dalam melakukan penyembelihan hewan kurban sebab asal
menunjuk penyembelih hewan kurban. Para penyembelihnya banyak yang tidak
mengikuti tata cara dan etika sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah
Ibrahim AS. Menyembelih hewan kurban dengan memakai pakaian yang jelek bahkan
kumal, dan bisa jadi si penyembelih malah tidak bersuci diri terlebih dahulu,
padahal yang bersangkutan akan melaksanakan ritual dan ibadah suci yang sangat
penting.
Tugas penyembelih hewan kurban ini
menentukan diterima atau tidaknya amalan dan pahala kurban orang yang telah
mensedekahkan hartanya untuk menyediakan hewan kurban guna melaksanakan ibadah
kurban di hari raya Idul Adha.
“Kami mengingatkan supaya jangan
asal menyembelih hewan kurban, tunjuk penyembelihnya yang paham agama, tata
beribadah dan berakhlak mulia dan dalam kondisi suci baik bathin maupun raganya
saat menyembelih hewan kurban,” tegas Mas’ud. (are)
Sumber: Balikpapan Pos
Sabtu, 16 Juni 2012
Mencari Malam Seribu Bulan
Balikpapan Pos - Minggu, 28 Agustus
2011 , 09:17:00
BALIKPAPAN - Kegiatan
malam itikaf di Pesantren KH Syech Mas’ud Husein menjadi suasana yang luar
biasa dan istimewa. Sebab, kegiatan ini bertepatan dengan malam ke-27 bulan
puasa Ramadan yang diperkirakan bertepatan dengan malam ganjil turunnya malam
lailatul qadar.
“Insya
Allah malam lailatul qadar terjadi malam kemarin,” kata KH Syech Mas’ud Husein
yang akrab disapa Guru saat ditemui di kediamannya, kemarin. Menurut
dia, ada beberapa keganjilan pada malam itu. Di antaranya, saat itu terjadi
angin selatan yang ternyata tiupan anginnya tidak kencang, padahal saat musim
angin Selatan biasanya tiupannya sangat kencang. Selain itu hujan turun
beberapa saat, padahal dalam kondisi musim kemarau.
Dari
beberapa keganjilan inilah, guru yakin bahwa malam Lailatul Qadar yaitu malam
lebih baik dari seribu bulan bagi mereka yang menjalankan ibadah dan bermunajat
pada malam itu. Karena seluruh malaikat turun ke bumi untuk memintakan
pengampunan kepada Allah SWT.
“Berbahagialah
mereka yang mengikuti itikaf saat datangnya malam lailatul qadar,” ujar dia.
Kegiatan
di pesantren ini dihadiri masyarakat, Sekda Kutai Timur (Kutim) yang sengaja
datang untuk mengikuti itikaf, Ketua DPC Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara
(PKBN) Balikpapan Eddy Buana.
Hadirin
yang mengikuti kegiatan itikaf dan sahur bersama ini mengaku bahagia sebab
mereka yakin peristiwa malam lailatul qadar barusan saja mereka alami
bertepatan dengan pelaksanaan itikaf tersebut.(are)
Sumber : Balikpapan Pos
Robohnya Jembatan Kukar: Ujian atau Azab?
Tribun Kaltim - Jumat, 23 Desember
2011 21:05 WITA
Oleh: KH.Syekh. Mas'ud Husain*)
PADA hakikatnya setiap bencana selalu mengandung tiga pengertian. Pertama, merupakan ujian Allah, jika bencana itu menimpa orang baik, beramal shaleh, berakhlak mulia dan beriman. Misalnya, musibah Merapi, Mentawai, Wasior, atau robohnya jembatan Kutai Kertanegara (Kukar), maka ini merupakan ujian bagi orang yang bersangkutan. Jika orang tersebut bisa melewati bencana dengan tetap beriman pada Allah, derajat orang itu menjadi lebih baik di sisi Allah, karena musibah itu datangnya juga dari Allah SWT.
Kedua, peringatan Allah. Jika bencana itu menimpa pada orang yang melakukan amal shaleh (kebaikan) tapi juga masih melakukan kemaksiatan. Ketiga, merupakan azab Allah SWT. Jika bencana itu menimpa pada orang-orang yang selalu melakukan kemaksiatan sepanjang hidup atau sebagian besar dari hidupnya. Intinya, bagi para pendosa dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman dan kemaksiatan, bencana yang menimpa orang-orang seperti ini dikategorikan sebagai azab Allah SWT.
Renungan Peristiwa Jembatan Kukar
Melihat peristiwa robohnya jembatan Kukar, perlu menjadi intropeksi bagi kita semua, apakah kejadian ini merupakan ujian, atau peringatan bahkan azab. Kalau peristiwa ini menjadi ujian, berbahagialah kita, karena kita termasuk orang yang diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Tetapi kalau peristiwa ini masuk dalam peringatan dan azab, segeralah melakukan taubat dan mematuhi seluruh perintah Allah SWT. Peringatan yang diberikan oleh Allah SWT bisa berupa apa saja, baik kerusakkan maupun kehancuran.
Maka celakalah bagi masyarakat yang tidak mau mengubah diri dengan datangnya peringatan dan azab dari Allah SWT dengan tetap melakukan pelanggaran agama seperti maksiat dan berbuat zalim dengan memanipulasi uang Negara yang merupakan uang rakyat. Atau menjadi pemimpin tetapi bermuka dua, disatu sisi menampakkan wajah agamis tetapi disisi lain malah mengerjakan pekerjaan yang dilaknati oleh Allah SWT seperti berbuat maksiat (zina) memakan bukan hak (korupsi).
Siapa pun yang diamanahkan Allah SWT menjadi Bupati Kukar, jagalah amanah Allah SWT ini dengan baik. Ingatlah Kukar memiliki sejarah peradaban tertua di Indonesia yang dulu dikenal dengan daerah yang agamis, setiap raja maupun Sultan yang memimpin daerah ini mereka yang memiliki ketaatan beribadah sesuai agama yang dipeluknya karena pemimpin menjadi panutan bagi rakyatnya.
Maka jadilah pemimpin yang memiliki sifat sidiq/jujur, amanah/dapat dipercaya, tablig/menyampaikan kebenaran kepada orang lain dan fatonah/pandai untuk membangun sebuah daerah dan mendapat ridho Allah SWT.
Untuk memperoleh sifat-sifat tersebut salah satunya kejujuran harus dimulai dari diri sendiri dengan mengajarkan kejujuran dan menjauhi perbuatan yang melanggar peraturan Allah SWT, dan meninggalkan perbuatan yang dilaknatinya.
Ingat, karena rakyat tidak butuh pemimpin yang cakep atau kaya, tapi rakyat butuh pemimpin yang berakhlak. Itu modal utama seorang pemimpin, sehingga dia ikhlas bertugas, mempunyai pribadi kuat, mulia dan terhormat, serta pantang berbohong.
Oleh karena itu, jadilah pemimpin yang adil, amanah dan bertanggung jawab. Tidak perlu takut kekuasaan akan berakhir. Karena bagaimanapun, jika tidak ada orang yang mengakhiri kekuasaan kita, malaikat maut pasti akan mengakhirinya. Jika tiba saatnya, kita sebagai pemimpin bisa tersenyum menyambut malaikat maut dengan senyuman karena telah melaksanakan tugas dengan baik.
Jagalah bumi Kukar yang menjadi amanah Allah SWT ini dengan baik, bumi yang kaya dengan hasil buminya dan menjadi modal untuk menyejahterakan masyarakatnya. Peristiwa robohnya jembatan Kukar ini harus menjadi renungan bagi kita semua untuk bersama-sama mensucikan diri dan hati untuk bertaubat kepada Allah SWT dan meminta ampun atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat.
Solusi Mencegah Bencana
Pertama, kita semua, dari semua level, dari rakyat jelatah hingga pimpinan tertinggi harus melakukan "taubat nasuha". Dengan merendahkan hati atas segala dosa, kesalahan, dan kekhilafan, marilah kita, seluruh bangsa, melakukan taubat nasuha. Kita harus bertaubat agar Allah SWT berkehendak mencabut bencana dan menuntun kita kepada jalan-Nya.
Dengan taubat nasuha, kita berharap para pemimpin kita, di pusat dan daerah bisa introspeksi diri akan kesalahan yang telah mereka lakukan atau lalai dalam mengemban amanah rakyat. Sedangkan kepada rakyat, yang selama ini saling menghujat, berdemo demi kepentingan politik sesaat, ada baiknya melakukan taubat nasuha dengan beristighfar, memohon ampunan pada Allah.
Kedua, menggerakan amal sadaqah, karena dengan ber-sadaqah kita bisa terhindar dari bala' (bencana). Selain itu, kita juga harus saling maaf-memaafkan atas kesalahan sesama manusia. Jangan sampai muncul provokator yang dapat memecah belah umat yang berakibat datangnya bencana.
Ketiga, umat Islam harus berdoa memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT sebagai mana doanya Nabi Yunus dalam QS al-Anbiyaa' 87-88: "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap (967): 'Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.' Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman," (QS al-Anbiyaa' 87-88).
Semoga Allah menjadikan bencana yang melanda negeri kita terutama peristiwa robohnya jembatan Kukar hanya sebagai peringatan dan ujian. Bukan sebagai adzab karena sungguh Allah Maha Keras adzab-Nya. (*)
*) Penulis adalah: Ulama Kharismatik Kalimantan
Oleh: KH.Syekh. Mas'ud Husain*)
PADA hakikatnya setiap bencana selalu mengandung tiga pengertian. Pertama, merupakan ujian Allah, jika bencana itu menimpa orang baik, beramal shaleh, berakhlak mulia dan beriman. Misalnya, musibah Merapi, Mentawai, Wasior, atau robohnya jembatan Kutai Kertanegara (Kukar), maka ini merupakan ujian bagi orang yang bersangkutan. Jika orang tersebut bisa melewati bencana dengan tetap beriman pada Allah, derajat orang itu menjadi lebih baik di sisi Allah, karena musibah itu datangnya juga dari Allah SWT.
Kedua, peringatan Allah. Jika bencana itu menimpa pada orang yang melakukan amal shaleh (kebaikan) tapi juga masih melakukan kemaksiatan. Ketiga, merupakan azab Allah SWT. Jika bencana itu menimpa pada orang-orang yang selalu melakukan kemaksiatan sepanjang hidup atau sebagian besar dari hidupnya. Intinya, bagi para pendosa dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman dan kemaksiatan, bencana yang menimpa orang-orang seperti ini dikategorikan sebagai azab Allah SWT.
Renungan Peristiwa Jembatan Kukar
Melihat peristiwa robohnya jembatan Kukar, perlu menjadi intropeksi bagi kita semua, apakah kejadian ini merupakan ujian, atau peringatan bahkan azab. Kalau peristiwa ini menjadi ujian, berbahagialah kita, karena kita termasuk orang yang diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Tetapi kalau peristiwa ini masuk dalam peringatan dan azab, segeralah melakukan taubat dan mematuhi seluruh perintah Allah SWT. Peringatan yang diberikan oleh Allah SWT bisa berupa apa saja, baik kerusakkan maupun kehancuran.
Maka celakalah bagi masyarakat yang tidak mau mengubah diri dengan datangnya peringatan dan azab dari Allah SWT dengan tetap melakukan pelanggaran agama seperti maksiat dan berbuat zalim dengan memanipulasi uang Negara yang merupakan uang rakyat. Atau menjadi pemimpin tetapi bermuka dua, disatu sisi menampakkan wajah agamis tetapi disisi lain malah mengerjakan pekerjaan yang dilaknati oleh Allah SWT seperti berbuat maksiat (zina) memakan bukan hak (korupsi).
Siapa pun yang diamanahkan Allah SWT menjadi Bupati Kukar, jagalah amanah Allah SWT ini dengan baik. Ingatlah Kukar memiliki sejarah peradaban tertua di Indonesia yang dulu dikenal dengan daerah yang agamis, setiap raja maupun Sultan yang memimpin daerah ini mereka yang memiliki ketaatan beribadah sesuai agama yang dipeluknya karena pemimpin menjadi panutan bagi rakyatnya.
Maka jadilah pemimpin yang memiliki sifat sidiq/jujur, amanah/dapat dipercaya, tablig/menyampaikan kebenaran kepada orang lain dan fatonah/pandai untuk membangun sebuah daerah dan mendapat ridho Allah SWT.
Untuk memperoleh sifat-sifat tersebut salah satunya kejujuran harus dimulai dari diri sendiri dengan mengajarkan kejujuran dan menjauhi perbuatan yang melanggar peraturan Allah SWT, dan meninggalkan perbuatan yang dilaknatinya.
Ingat, karena rakyat tidak butuh pemimpin yang cakep atau kaya, tapi rakyat butuh pemimpin yang berakhlak. Itu modal utama seorang pemimpin, sehingga dia ikhlas bertugas, mempunyai pribadi kuat, mulia dan terhormat, serta pantang berbohong.
Oleh karena itu, jadilah pemimpin yang adil, amanah dan bertanggung jawab. Tidak perlu takut kekuasaan akan berakhir. Karena bagaimanapun, jika tidak ada orang yang mengakhiri kekuasaan kita, malaikat maut pasti akan mengakhirinya. Jika tiba saatnya, kita sebagai pemimpin bisa tersenyum menyambut malaikat maut dengan senyuman karena telah melaksanakan tugas dengan baik.
Jagalah bumi Kukar yang menjadi amanah Allah SWT ini dengan baik, bumi yang kaya dengan hasil buminya dan menjadi modal untuk menyejahterakan masyarakatnya. Peristiwa robohnya jembatan Kukar ini harus menjadi renungan bagi kita semua untuk bersama-sama mensucikan diri dan hati untuk bertaubat kepada Allah SWT dan meminta ampun atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat.
Solusi Mencegah Bencana
Pertama, kita semua, dari semua level, dari rakyat jelatah hingga pimpinan tertinggi harus melakukan "taubat nasuha". Dengan merendahkan hati atas segala dosa, kesalahan, dan kekhilafan, marilah kita, seluruh bangsa, melakukan taubat nasuha. Kita harus bertaubat agar Allah SWT berkehendak mencabut bencana dan menuntun kita kepada jalan-Nya.
Dengan taubat nasuha, kita berharap para pemimpin kita, di pusat dan daerah bisa introspeksi diri akan kesalahan yang telah mereka lakukan atau lalai dalam mengemban amanah rakyat. Sedangkan kepada rakyat, yang selama ini saling menghujat, berdemo demi kepentingan politik sesaat, ada baiknya melakukan taubat nasuha dengan beristighfar, memohon ampunan pada Allah.
Kedua, menggerakan amal sadaqah, karena dengan ber-sadaqah kita bisa terhindar dari bala' (bencana). Selain itu, kita juga harus saling maaf-memaafkan atas kesalahan sesama manusia. Jangan sampai muncul provokator yang dapat memecah belah umat yang berakibat datangnya bencana.
Ketiga, umat Islam harus berdoa memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT sebagai mana doanya Nabi Yunus dalam QS al-Anbiyaa' 87-88: "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap (967): 'Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.' Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman," (QS al-Anbiyaa' 87-88).
Semoga Allah menjadikan bencana yang melanda negeri kita terutama peristiwa robohnya jembatan Kukar hanya sebagai peringatan dan ujian. Bukan sebagai adzab karena sungguh Allah Maha Keras adzab-Nya. (*)
*) Penulis adalah: Ulama Kharismatik Kalimantan
Editor : Fransina
Langganan:
Komentar (Atom)

